//
Bappeda Gelar FGD Identifikasi Permasalahan dan Isu Strategis Ranwal RPJPD Kota Payakumbuh Tahun 2025-2045 Aspek Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Alam

Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Payakumbuh menggelar Focus Group Discussion (FGD) Identifikasi Permasalahan dan Isu Strategis Rancangan Awal RPJPD Kota Payakumbuh Tahun 2025-2045 Aspek Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Alam di Aula Bappeda pada Senin,  4 September 2023. Acara ini dihadiri perwakilan Anggota DPRD Kota Payakumbuh, Asisten Administrasi Umum, Perangkat Daerah serta Tim Penyusunan RPJPD Kota Payakumbuh.

Pada kesempatan ini  Yendri Bodra Datuak Parmato Alam yang merupakan Ketua Komisi B DPRD Kota Payakumbuh menyatakan bahwa potensi-potensi daerah perlu didorong untuk dikembangkan dua puluh tahun kedepan, selain itu kualitas SDM merupakan kunci dalam semua aspek  yang akan didorong kedepan untuk mewujudkan Payakumbuh menjadi kota maju sesuai dengan visi Negara kita yaitu mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045.

Kepala BAPPEDA Kota Payakumbuh Yasrizal, S.Sos, M.Si mengatakan, RPJPD merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok Pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20 (duapuluh) tahun, yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN. 

Menurutnya, beberapa tahapan sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Payakumbuh  melalui BAPPEDA, mulai dari pembentukan Tim Penyusunan RPJPD, orientasi RPJPD terhadap Perangkat Daerah, kemudian penyiapan data dan informasi. Ditahap awal juga telah dilakukan  Evaluasi hasil pelaksanaan RPJPD 2005-2025 dan sekarang tengah dilaksanakan survai penjaringan masalah serta harapan masyarakat Kota Payakumbuh  untuk 20 Tahun kedepan. Untuk selanjutnya akan dilakukan penyusunan Ranwal, Konsultasi ranwal, penyusunan rancangan RPJPD, Musrenbang RPJPD, Perumusan Rankhir RPJPD, Evaluasi Rankhir hingga nantinya ditetapkan Perda RPJPD Kota Payakumbuh Tahun 2025-2045.

Lebih lanjut, Yasrizal menuturkan, terdapat tiga tema FGD RPJPD yakni Aspek Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Alam, SDM dan Sosial Budaya serta Pengembangan infrastruktur dan pengembangan wilayah. "Harapannya dengan dilaksanakannya FGD ini, akan semakin melengkapi data dan analisis permasalahan sebagai sumber masukan dalam perumusan Rancangan Awal RPJPD 2025-2045," tegasnya.

Sri Maryati yang merupakan narasumber dari Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Andalas menerangkan bahwa telah banyak tahapan perencanaan yang dilalui pemerintah. Dokumen perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dapat dilaksanakan. Kita harus mampu mengakomodir setiap dinamika perubahan peraturan yang terjadi dalam perencanaan. Lebih lanjut Sri menyebutkan bahwa Pilar Pembangunan Indonesia 2045 terdiri dari Pembangunan Manusia dan Penguasaan Iptek, Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan. Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan  pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang sehingga manfaat pembangunan (kesejahteraan), sumberdaya alam dapat dirasakan sama besar dari generasi ke generasi. Pembangunan harus terus berjalan, lingkungan/SDA terjaga, stabilitas sosial tinggi/aman. Untuk itu perlu keseimbangan tiga pilar: Ekonomi, Lingkungan, Sosial. Akan ada 3 tujuan dalam pembangunan: konsep Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan/Ekosistem. Untuk tujuan Ekonomi berupa Pertumbuhan, pemerataan dan Efisiensi Kapital, untuk tujuan Sosial: Pemberdayaan masyarakat, partisipasi, mobilitas sosial, kepaduan/kohesi sosial, identitas budaya, dan pengembangan kelembagaan. Sedangkan untuk tujuan Lingkungan/Ekosistem berupa Integritas ekosistem, daya dukung lingkungan, keaneka-ragaman hayati, dan isu-isu global.

Lebih lanjut Sri menjelaskan bahwa Pembangunan yang hanya mengutamakan aspek ekonomi; Pemakaian sumber daya bahan dan energi yang berlebihan memiliki dampak negatif berupa kerusakan lingkungan (perubahan iklim, pemanasan global, biodiversity dan SDA menurun.), proses produksi inefisien serta menyebabkan Tragedy of the commons. Untuk itu perlu dilakukan upaya menyeimbangkan lingkungan dan ekonomi, pemanfaatan sumber daya lingkungan untuk kebutuhan masyarakat dan upaya pengentasan kemiskinan namun tetap memperhatikan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Hafiz Rahman yang juga merupakan narasumber dari UNAND pada acara FGD ini, Fokus Indonesia Emas 2045 melalui transformasi ekonomi dari komoditas bernilai ekonomi rendah ke arah industri dengan value added tinggi, dengan dukungan teknologi, dan inovasi agar makin produktif, efisien dan berdaya saing tinggi. Selain itu diperlukan juga pembahasan arah fokus Iptek, inovasi, produktifitas, transformasi digital, green economy. Integrasi ekonomi domestik ke ekonomi global, serta pembangunan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. UMKM sebagai pelaku ekonomi dan entitas bisnis terbesar di Indonesia menghasilkan  64 juta unit dimana 98% dari jumlah pelaku usaha, 61% pada PDB, 16,55% kontribusi ekspor (Kemenkop RI, 2023) merupakan posisi strategis dalam perekonomian. Salah satu Visi Misi RPJPD Kota Payakumbuh 2005-2025 mewujudkan sentra UMKM yang produktif dan efisien serta mampu berdaya saing di dunia global. Trend menurun pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh: 5,61% di tahun 2002 menjadi 4,52% di tahun 2022. Penumbuh kembangan UMKM, dan bisnis rintisan patut menjadi bagian penting dari prioritas pembangunan ekonomi nasional, dan daerah Kabupaten - Kota, termasuk Payakumbuh.

Hafiz juga menjelaskan untuk peta situasi UMKM dan Start Up di Kota Payakumbuh terlihat dari Dominasi UMKM sebagai pelaku usaha dan entitas bisnis - dengan berbagai jenis bidang usaha→ didominasi oleh usaha mikro bidang perdagangan, kuliner, jasa, dan pertanian/agribisnis. Sebagian besar berstatus informal. Persentase pelaku berstatus UKM dalam entitas UMKM 14,95% (realisasi RPJMD 2022). Indeks Daya Saing (IDS) dan indikator resiliensi UMKM dan Start-Up Kota, Daya saing dan resiliensi UMKM kemungkinan rendah, sehingga mudah stagnan dan bangkrut dengan indikasi ada penurunan persentase pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dari tahun 2002 ke tahun 2022, menandakan UMKM menurun kontribusinya secara signifikan. Selain itu situasi klasik pemasaran, keuangan, kualitas SDM dan inovasi serta trend anak muda untuk memulai bisnis (lima tahun terakhir) meningkat kemudian branding yang kurang begitu dikenal sehingga value produk kurang diketahui konsumen juga Fokus pengembangan sektor industri spesifik/finovati masih terlalu umum (pengolahan pangan, kerajinan rakyat, agrbanis, wasata alam, kuliner), sehingga tidak terlihat keunikan dan pembeda dengan kabupaten-kota lainnya.

Setelah mendapatkan pemaparan dari kedua narasumber, acara FGD dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab oleh peserta FGD. Dengan adanya FGD ini diharapkan dapat mempertajam kajian isu-isu strategis yang akan dimuat dalam RPJPD Kota Payakumbuh Tahun 2025-2045. (DS)