//
PENGEMBANGAN KAMPUNG TEMATIK BUDI DAYA JAMUR TIRAM PAYOLINYAM DI KELURAHAN TIGO KOTO DIBARUAH

Pembangunan pertanian ke depan telah digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebagai strategi terintegrasi dan landasan formal untuk bertransformasi guna mendukung struktur perekonomian yang produktif,

mandiri dan berdaya saing. Arah pembangunan pertanian tersebut dimaknai dan akan dicapai sebagai visi pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2020-2024 yaitu: “Pertanian yang Maju, Mandiri, dan Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi untuk bertransformasi menuju pertanian modern dalam berbagai perspektif sejalan dengan konsep dan kebijakan pembangunan pertanian modern berkelanjutan. Komitmen dan tekad tersebut akan diwujudkan sebagai pembelajaran bersama untuk melakukan transformasi ekonomi, transformasi pertanian dan transformasi digital sekaligus tonggak penting bagi skenario Making Indonesia 4.0.

Hal ini sejalan dengan visi pembangunan jangka Panjang daerah Kota Payakumbuh Tahun 2005-2025 yaitu “Terwujudnya Payakumbuh sebagai Kota Maju dengan Pengembangan Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”. Visi pembangunan pertanian dimaksud sudah diimplementasikan melalui konsep pengembangan usaha budi daya dan pengolahan jamur tiram secara terpadu oleh UMKM yang terdapat di Kelurahan Tigo Koto Dibaruah. Usaha ini sudah dimulai sejak tahun 2011 melalui inisiatif bersama-sama masyarakat secara mandiri dalam upaya meningkatkan penghasilan masyarakat disekitarnya, dimana saat itu masih menggunakan nama Kelurahan Payolinyam.

Kegiatan budidaya jamur tiram di Kampung Payolinyam telah dimulai sejak tahun 2008-2009. Pada awalnya, budidaya jamur dilakukan dalam skala kecil oleh 5 keluarga petani. Usaha budi daya jamur tiram lebih didominasi pelaksanaannya oleh kaum perempuan terutama ibu-ibu rumah tangga yang dimotori serta didampingi langsung oleh Penyuluh Pertanian yang merupakan salah satu warga Kelurahan Tigo Koto Dibaruah itu sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan peningkatan pendapatan ibu rumah tangga serta meningkatkan kerjasama antar anggota dalam kelompok. Kemudian pada tahun 2010, jumlah keluarga petani yang melakukan budidaya jamur bertambah sebanyak 8 orang lagi

Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan musyawarah antar warga dengan Pemerintah Kelurahan yang menghasilkan kesepakatan dibentuknya Kelompok Tani Wanita (KWT) di Kelurahan Tigo Koto Dibaruah, dengan nama “Rosella”. Pembentukan KWT Rosella ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Kelurahan Tigo Koto Dibaruah Nomor : 02/SK-PYL/III/2011 tanggal 25 Maret 2011. Anggota KWT Rosella merupakan ibu-ibu rumah tangga yang berusaha membudidayakan jamur tiram dengan anggota sampai saat ini mencapai 120 KK.

Seiring perjalanan waktu, permintaan pasar terhadap jamur tiram semakin tinggi baik dari daerah di Sumatera Barat (Kabupaten Lima Puluh Kota, Kota Padang Panjang, Kota Padang) maupun dari luar daerah seperti Provinsi Riau. Berdasarkan data dari Kelompok Wanita Tani Rosella, Permintaan berkisar 500 Kg perhari, sedangkan yang dapat dipenuhi baru berada pada kisaran 200 kg – 300 kg perhari dengan jumlah pembudidaya sekitar 120 petani. Permintaan jamur ini juga tidak hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri, tetapi juga meluas hingga ke pasar internasional, namun hingga saat ini jumlah produksi jamur yang ada belum dapat memenuhi angka permintaan konsumen.

KWT Rosella tidak hanya menjual jamur mentah namun sudah membuat beberapa jenis produk olahan berbahan jamur. Akan tetapi pemasaran yang dilakukan masih terkendala berbagai masalah di antaranya, belum dapat memenuhi permintaan pasar karena belum optimalnya kapasitas penggunaan kumbung, promosi yang dilakukan masih terbilang rendah karena belum luas dan masih terbatas serta penyimpanan jamur yang tidak tahan lama.

 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tim Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Payakumbuh berkolaborasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2023, dalam hal ini strategi yang ditawarkan dalam pengembangan potensi pengembangan budidaya jamur tiram payolinyam adalah menjadikannya sebagai kampung tematik yang tidak hanya berperan sebagai produsen namun mampu untuk berinovasi dalam upaya  menjadikan Kampung jamur sebagai pusat pengembangan benih jamur serta menjadi kampung wisata edukasi terkait proses budi daya jamur. Dalam hal ini dapat disimpulkan hasil penelitian tersebut  sebagai berikut :

Sektor ekonomi

Penghasilan petani dari kegiatan budidaya jamur cukup menjanjikan karena penjualan tinggi dan tingkat resiko rendah dan peluang pasar secara nasional dan global cukup besar

Sektor sosial

Budaya sebagai petani budidaya jamur tiram sudah terbentuk sejak lama dan sudah terorganisir dalam kelompok (Social Capital), serta telah terdapat  jaringan pemasaran baik secara berkelompok atau secara pribadi dengan pedagang atau konsumen hal ini dikarenakan keinginan untuk mengembangkan diri dari petani jamur cukup tinggi.

Sektor infrastruktur

Tersedianya lahan untuk tempat budidaya jamur dengan aksesibilitas cukup tinggi dan titik lokasi budidaya jamur mudah dijangkau selanjutnya infratsruktur pendukung lainnya seperti listrik tersedia dan mudah didapatkan.

 

Pada tahun 2024 sudah teridentifikasi sebanyak 120 keluarga petani di Kampung Payolinyam yang melakukan budidaya jamur tiram. Pada Tabel di bawah dapat dilihat pertumbuhan per tahun jumlah keluarga petani jamur tiram di Kampung Payolinyam.

Tabel. Pertumbuhan Jumlah Keluarga Petani Jamur Tiram di Kampung Payolinyam Pertahun (2007 – 2024)

Tahun

Jumlah Pertumbuhan (KK)

2007

1

2008

2

2009

2

2010

8

2011

0

2012

0

2013

1

2014

5

2015

14

2016

15

2017

8

2018

27

2019

9

2020

8

2021

6

2022

4

2023

7

2024

3

sumber : Data diolah, 2024

Kegiatan budidaya jamur tiram diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam penurunan Tingkat Pengaguran Terbuka (TPT) dan meningkatkan pendapatan masyarakat agar terlepas dari garis kemiskinan. Berdasarkan data BPS Kota Payakumbuh Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun tercatat sebesar 4,84 % yang lebih rendah dari tahun 2022 yang tercatat sebesar 5,16 % yang juga lebih rendah dibandingkan tahun 2021 sebesar 6,47%.

Untuk meningkatkan potensi sosial ekonomi tersebut, maka pemerintah Kota Payakumbuh melakukan inovasi dengan menjadi kampung payolinyam sebagai kampung tematik budidaya jamur tiram payolinyam. Pada tahun 2024, kampung tematik jamur tiram payolinyam menjadi perwakilan tingkat Kota Provinsi Sumatera Barat dalam Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) yang diselenggaran oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.