//
FGD Penelitian Tim Universitas Andalas “Indikator Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”

Pemerintah Kota Payakumbuh dalam proses penyusunan dokumen perencanaan jangka panjang (RPJPD) periode 2025-2045, dimana visi pembangunan untuk 20 tahun ke depan adalah “Payakumbuh Bermartabat, Maju Dan Berkelanjutan Sebagai Perwujudan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Untuk indikator yang dijabarkan dalam dokumen ini sebagian besar bersifat imperatif, dimana definisi operasional dan metadata sudah ditetapkan oleh kementerian dalam negeri. Namun ada beberapa indikator yang menyesuaikan dengan kearifan lokal dan kebijakan daerah, salah satunya indikator untuk pemenuhan visi yang memuat perwujudan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), yaitu indeks ABS-SBK. Ini merupakan bentuk komitmen daerah untuk tetap menjaga nilai-nilai agama dan adat dalam proses pembangunan daerah. Untuk indikator indeks ABS-SBK ini belum tersedia definisi operasional dan metadatanya, sehingga belum terukur ketercapaian kinerja implementasi dari ABS-SBK ini. Melalui penelitian dengan Tim Universitas Andalas diharapkan diperoleh komponen-komponen yang dapat mengindikasikan indeks implementasi ABS-SBK ini, sehingga nilai indikator ini dapat dihitung setiap tahunnya sebagai salah satu indikator kinerja pembangunan daerah.

Bappeda selaku perangkat daerah yang memangku urusan penunjang fungsi pemerintahan bidang penelitian dan pengembangan, menfasilitasi penelitian di daerah, salah satunya penelitian indikator ABS-SBK ini. Pada tanggal 1 Juli 2024, telah diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD) penelitian ini melibatkan anggota DPRD, perangkat daerah, perwakilan perguruan tinggi, KAN, Bundo Kanduang, dan organisasi kemasyarakatan,  dipimpin oleh Kepala BAPPEDA Yasrizal S.Sos,M.Si dan narasumber Tim Peneliti UNAND Padang yaitu : Dr.Sri Maryati,SE,M.Si, Dr.Hendra Lukito, SE,MM, Dr.Fajri Adrianto, SE,M.Bus, Dr.Dodi Devianto, S.Si,M.Sc, dan Rahmat Eka Putra, SE,M.Sc. Tujuan FGD ini untuk memberikan masukan atas konsep yang telah diusulkan oleh Tim Peneliti UNAND, yang menampilkan 8 dimensi sebagai syarat nagari yang mengimplementasikan ABS-SBK.

Proses FGD sedikit mengalami keterlambatan, karena akses Padang-Payakumbuh yang tidak menentu pasca bencana di kawasan Padang Panjang dan sekitarnya, walaupun demikian tidak menyurutkan antusias audiens, karena penerapan ABS-SBK di daerah khususnya Kota Payakumbuh sudah mulai menipis dan menjadi keresahan para pemuka agama dan adat, dan ini akan menjadi masalah daerah jika tidak dijadikan fokus dalam merumuskan kebijakan daerah.

Bapak Muharnis Zul, dalam hal ini selaku anggota DPRD Komisi A dan pakar Adat dan Budaya Kota Payakumbuh berpendapat bahwa dalam aplikasi ABS-SBK ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan, yaitu : aspek kognitif (pengetahuan tentang agama dan adat), aspek afektif (sikap dan karakter), dan aspek psikomotor (perbuatan) yang mencerminkan nilai-nilai falsafah Minangkabau. Kepala Bidang Ekonomi dan Rencana Makro Bappeda Deni Fadli, SE,M.SE juga menyinggung hasil FGD dengan Buya Gusrizal Gazahar sebelumnya, yang menekankan pepatah Syarak Mangato, Adat Mamakai, dengan kata lain falsafah ini implementatif, jangan hanya pemenuhan terbentuknya suatu nagari, melainkan memberi nilai dan karakter dalam kehidupan masyarakat, terutama para pelajar dan generasi muda.

Selain forum ini, Tim Unand juga membagikan link yang dapat diisi oleh kelompok masyarakat, sehingga konsep yang disusun oleh Tim Peneliti Unand lebih sesuai dengan kondisi yang ada di masyarakat Kota Payakumbuh. Besar harapan kita agar penelitian ini bisa menyusun konsep penghitungan indeks ABS-SBK daerah sehingga daerah dapat menilai dan mengevaluasi setiap dimensi dan komponen pembangun indeks ini. Dari hasil evaluasi tersebut, pemerintah membuat kebijakan intervensi terhadap kinerja komponen yang belum optimal. Hfz