Beberapa hari belakangan ini intensitas pekerjaan dibidang Litbang cukup “crowded” semua sub bid di-backup oleh kawan-kawan fungsional bekerja secara paralel mengejar target-target kinerja masing-masing yang semuanya seperti diburu waktu. Pengusulan DAK 2022 digawangi oleh Rekan kita Kasubid Pengendalian dan Evaluasi; Bu Hafiza dengan mentor Pak Hanif(di sela kesibukan beliau terkait BAB II RKPD) yang Alhamdulillah sudah melewati tahap akhir proses pengusulan DAK Kota Payakumbuh untuk seluruh Bidang DAK yang sudah ditanda-tangani oleh Bapak Walikota dan sudah di-upload kedalam system Krisna pada tanggal 6 Juli kemaren, lebih cepat sehari dari tenggat waktu yang diberikan oleh Pemerintah Pusat. Kemudian di hari yang sama ikut juga “cawe-cawe” gaweannya Bidang Sosbud untuk penilaian Kecamatan Sehat di Kecamatan Payakumbuh Utara, kegiatan ini seperti membuka lagi nostalgia tahun 2019 membersamai “Orang-Orang Pemberdayaan”; Forum Kota Sehat, Forum Kecamatan Sehat dan Pokja-pokja Kelurahan sehat, membersamai beliau-beliau seperti “berendam di telaga wangi” menyerap energi positif dari orang-orang yang bekerja tanpa pamrih, Kota Payakumbuh beruntung memiliki Orang-orang seperti Beliau-beliau, berkat peran aktif mereka Kota Payakumbuh memperoleh penghargaan tertinggi sebagai Kota Sehat level Swastisaba Wistara secara beturut-turut sebanyak 6 kali (penilaian Kota Sehat dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan setiap 2 tahun). Satu-satunya Kota di Indonesia yang mempunyai peluang menyusul Kota Payakumbuh adalah Kota Yogyakarta yang pernah memperoleh predikat Kota Sehat Swastisaba Wistara sebanyak 5 kali tapi tidak diperoleh secara berturut-turut. Nampaknya Upaya Kota Yogyakarta untuk menyaingi Kota Payakumbuh dalam Dominasi penghargaan Swastisaba Wistara mirip dengan Upaya CR-7 yang telah memperoleh 5 kali Balon D’or mengejar Leo Messi yang berpeluang memperoleh Balon D’or untuk ke tujuh kali… (he he he, jangan terlalu mendramatisir lah kawan…)
Kemaren tanggal 7 Juli dipenghujung rapat koordinasi internal Bappeda, minta izin ke Ibu Ina untuk menemui kawan-kawan alumnus tubel S2 dari beberapa dinas yang sudah menunggu di bawah untuk mengikuti agenda rapat persiapan pelaksanaan kegiatan Diseminasi tahap kedua, setelah sebelumnya kegiatan diseminasi tahap pertama dapat terlaksana dengan lancar pada tanggal 30 Juni yang lalu (kegiatan ini dimotori oleh Kasubid Litbang; Bu Dasatri “Bunda Jumat Berbagi” Bappeda Kota Payakumbuh). Alhamdulillah kawan-kawan alumnus tubel S2 tersebut mempunyai persepsi yang sama dengan kita terkait pentingnya mengoptimalkan hasil kajian yang sudah mereka lakukan agar bisa dimanfaatkan dan diimplemetasikan untuk kebaikan Kota Payakumbuh dan Masyarakatnya. Mereka juga tidak ingin dokumen tesis tersebut hanya sebatas menjadi pajangan di rak atau lemari kantor, akan tetapi harusnya dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan daerah. Mudah-mudahan jerih payah dan pengorbanan mereka selama menempuh pendidikan, jauh dari keluarga, memerah fikiran dan tenaga menjadi bagian dari ilmu yang bermanfaat serta menjadi amal jariah bagi mereka sepanjang masa.
Satu lagi Kasubid kita yang sangat sibuk akhir-akhir ini; “Babang Robi” (panggilan favorit adek2 magang). Ya, salah satu Kasubid yang paling polos di bidang Litbang (Kasubid Inovasi dan Teknologi). Sejak peristiwa yang cukup menggemparkan rimba persilatan (Group Ka OPD) dengan anjloknya nilai Indeks Inovasi Daerah Kota Payakumbuh ke level kurang inovatif dengan skors 200an… Apalah daya, memang begitulah kejadiannya… Kami Bidang Litbang merasa menjadi bagian yang bertanggungjawab dengan capaian tersebut… walaupun jujur kami juga merasa tidak pantas menjadi satu-satunya pihak yang dipersalahkan (pengakuan orang polos). Dari Bang Robi saya belajar bagaimana seharusnya menjadi seorang petarung; jangan mudah menyerah, bangkit segera setelah menerima pukulan, mengutip slogan dari seorang petarung legendaris ; “setiap pukulan yang tidak menyebabkanmu roboh justru membuatmu lebih kuat setelahnya”…
Benar saja sesuai arahan Pak Kaban dan Pak Sekda kemudian OPD dikumpulkan, cukup sekali pertemuan saja ditindaklanjuti dengan membangun komunikasi melalui Group IGA, sekarang kondisi berubah cukup signifikan, Bang Robi “memanfaatkan” jeweran Pak Walikota untuk “menjewer” perangkat Daerah (he he he). Bang Robi yang tadinya seperti akan berakhir sebagai “pecundang” perlahan tapi pasti pendulum nasibnya bergerak kearah "Pemenang", bak sebuah judul buku best seller “From Zero to Hero”…
Sejak Awal Bulan ini disetiap hari kerja, Bidang Litbang dikunjungi oleh perangkat-perangkat daerah Kota Payakumbuh silih berganti untuk mengikuti klinik inovasi. Ya… sebuah “senjata rahasia” ternyata sudah disiapkan sebelumnya oleh Bro Robi ini ; menjaring inovasi dengan sebuah inovasi. Konsep ini menjadi menarik karena menjadi role model inovasi yang langsung bisa dipakai sebagai pola oleh seluruh OPD dalam berinovasi. Inovasi ini diberinya nama “LAKI IDA”, he he he, kayaknya masalah branding mem-branding sudah khatam ilmunya oleh kawan kita yang satu ini… Ambil pilihan kata yang agak “nakal sedikit” sehingga mudah diingat. Saat pertama kali disampaikan judul inovasi ini sempat terlintas difikiran saya; mungkin “orang rumah” Bang Robi ini bernama IDA…
Alhamdulilah melalui layanan klinik inovasi daerah ini sekarang telah terhimpun sebanyak 92 inovasi yang potensial untuk kita usulkan dan akan diinput dalam system IGA. Dan Layanan Klinik Inovasi kemudian berkembang yang tadinya “nunggu gawang” di Bidang Litbang saja, sekarang mulai ovensif menerima undangan atau jemput bola ke OPD yang memerlukan pendampingan. Yah… sekarang Bang Robi menjadi orang paling dicari oleh seluruh OPD di Kota Payakumbuh…
Kabar baik kemudian datang dengan dieksposnya inovasi LAKI IDA ini oleh salah satu media di Kota Payakumbuh dan ini menjadi perhatian oleh LAN-RI yang dulu pernah melakukan pendampingan LAB Inovasi di Kota Payakumbuh Tahun 2019 yang lalu. Yang menarik bagi mereka adalah dalam berita tersebut Pak Kaban menyampaikan bahwa Layanan Klinik Inovasi Daerah ini merupakan replikasi dari model LAB inovasi miliknya LAN-RI yang sudah dimodivikasi. “Orang” LAN ini kemudian Mengontak Bang Robi (Bang Robi juga masih sering Komunikasi dengan Pihak LAN) dan mengapresiasi kehadiran inovasi LAKI IDA. Mereka menyampaikan bahwa Payakumbuh merupakan Kota Pertama dan satu-satunya yang telah mempunyai wadah / kelembagaan untuk memfasilitasi proses inovasi melalui pendekatan seperti yang diterapkan LAB Inovasinya LAN-RI. Bukan tidak mungkin LAN akan menjadikan inovasi LAKI IDA ini menjadi percontohan untuk direplikasi oleh daerah-daerah lain secara Nasional…
“ Selintas dalam bayangan tergambar kalau nanti Inovasi ini direplika secara nasional tentu akan berubah nama dari LAKI IDA menjadi LAKI INA” (Layanan Klinik Inovasi Nasional)……….”
Sekian dulu carito kito, sampai jumpa di carito kito selanjutnya…
Sesibuk Apapun Anda Jangan Lupa Bahagia…..
Belakang DPRD, dini hari 9 Juli 2021 (Fs)